Senin, 10 November 2014

Motivasi Berprestasi Siswa SMK

Konsep motivasi berprestasi dirumuskan pertama kali oleh Henry Alexander Murray (1938: 164) dengan memakai istilah kebutuhan berprestasi (need for achievement) yang mengemukakan “achievement motivation as the desire to accomplish something difficult; to master, manipulate … to overcome difficulties and attain a high standard; to excel one’s self; to compete and surpass others; to increase self-regard” mengandung makna motivasi berprestasi adalah daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin demi penghargaan kepada dirinya.
McClelland, Atkinson, Clark, and Lowell (1953: 110) melakukan studi lebih lanjut tentang motivasi berprestasi dan mengemukakan teori tentang  motivasi berprestasi “the defined achievement motivation, or the need for achevement as a desire for success in competition with some standard of excellence”. Dari hasil studi ini dikembangkan lebih lanjut oleh McClelland (1987) yang kemudian menghasilkan teori tentang kebutuhan (need of). McClelland (1987: 23) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal. Selanjutnya kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) kebutuhan berkuasa (Need for Power) yang disebut n Pow, (2) kebutuhan berprestasi (Need for achievement) yang disebut n Ach, dan (3) kebutuhan berteman (Need for affiliation) yang disebut n Aff. Hal tersebut berarti bahwa motivasi berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan.
Murray (dalam Chaplin: 1999:38) mengemukakan bahwa motivasi merupakan pendorong untuk mengatasi rintangan-rintangan atau berusaha melaksanakan sebaik dan secepat mungkin pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Motivasi sebagai pendorong organisme untuk membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Walgito (2002: 24) menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi berprestasi didefinisikan sebagai hasrat atau tendensi untuk mengerjakan sesuatu yang sulit dengan secepat dan sebaik mungkin (Purwanto, 2007: 20-21).  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan penggerak siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan meskipun dirasa sulit untuk mencapai prestasi yang telah ditetapkan.
Dari beberapa konsep yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang kuat dari dalam diri sesorang untuk berbuat dan bertindak untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan berusaha sekuat tenaga untuk mengatasi apapun bentuk rintangan yang dihadapi. Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut. Setiap orang melakukan sesuatu karena dorongan motivasi.
Motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran akan memudahkan proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas, karena dengan motivasi maka siswa akan terdorong untuk selalu bersemangat dalam belajar. Hal tersebut sesuai pendapat Nicholls dalam Alderman (2004: 11) “optimum motivation as one that provides the greatest degree of intellectual development”, artinya motivasi yang tinggi merupakan salah satu aspek terhadap perkembangan intelektual seseorang. Dengan motivasi yang tinggi akan mendorong seseorang untuk melakukan segala usaha yang maksimal untuk memperoleh pengetahuan.
McClelland yang merupakan pioneer dalam studi motivasi berprestasi dan mengembangkan metode pengukurannya memberi batasan motivasi berprestasi sebagai usaha untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetensi dengan suatu ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan itu dapat berupa prestasinya sendiri sebelumnya atau prestasi orang lain. Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi adalah mereka yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara yaitu membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standar tertentu.
John Moris (1966: 328) mengungkapkan “individuals high in achievement-related motivation chose as if they were avoiding an intermediate degree of risk”. Individu yang memiliki motivasi tinggi akan memilih pekerjaan yang memiliki tingkat resiko yang rendah. Hal ini disebabkan karena individu memiliki motivasi hanya untuk berhasil dan menghindari kegagalan.
Menurut Sugiyanto (2013: 1) motivasi berprestasi merupakan daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin demi pengharapam kepada dirinya. Semakin tinggi motivasi berprestasi siswa semakin baik pula siswa memperoleh prestasi belajarnya. Oleh karena itu siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan usaha yang keras sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan  yang ada untuk  mengarahkan perhatian  siswa kepada sasaran  tertentu. 
Mussen el al. (1994: 307) yang menyebutkan bahwa motivasi berprestasi seringkali dimanifestasikan dalam perilaku motivasi berprestasi, seperti tekun dalam tugas yang sulit, bekerja giat untuk mencapai penguasaan, dan memilih tugas yang menantang tetapi tidak terlalu sulit. Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi prestasi tinggi akan berusaha mencoba setiap tugas yang diberikan meskipun sulit untuk dikerjakan. Sebaliknya yang bermotivasi prestasi rendah akan enggan melakukan tugas yang diberikan apabila ia tahu bahwa dirinya tidak mampu melakukannya, tanpa ada usaha.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar akan cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, mempunyai tanggung jawab, selalu berusaha mencapai hasil yang baik, aktif dalam kehidupan sosial, memilih teman yang ahli daripada sekedar sahabat, serta tahan terhadap tekanan-tekanan. Individu yang seperti ini memiliki karakteristik tingkah laku dan dinamika yang menonjol, selalu bekerja dengan memperhitungkan resiko, tidak suka mengerjakan tugas-tugas yang terlalu mudah/rutin karena hal itu tidak akan memberikan kepuasan. Selain itu juga tidak suka mengerjakan tugas yang terlalu sukar, kemungkinan untuk berhasil kecil. Individu yang dimaksud memiliki inovasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan yang diberikan.
Oleh karena itu individu akan cenderung menetapkan tujuan yang sebanding dengan kemampuannya sendiri. Lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi, mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik agar dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dan mendorong untuk berbuat lebih baik.
Sejumlah penelitian menjelaskan mengenai pengaruh motivasi berprestasi dalam keberhasilan prestasi belajar siswa. Gota (2002: 5) mengungkapkan bahwa “furthermore, regardless of students sex, achievement motivation had a significant and positive direct effect on academic achievement”. Selain jenis kelamin siswa, motivasi berprestasi memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi akademik siswa.  Semakin tinggi motivasi berprestasi siswa semakin baik pula siswa memperoleh prestasi belajarnya. Semakin rendah motivasi berprestasi siswa semakin rendah pula prestasi belajarnya. Dengan demikian diduga ada pengaruh yang positif antara motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar