Konsep
motivasi berprestasi dirumuskan pertama kali oleh Henry Alexander Murray (1938: 164) dengan memakai
istilah kebutuhan berprestasi (need for
achievement) yang mengemukakan “achievement motivation as the desire to
accomplish something difficult; to master, manipulate … to overcome
difficulties and attain a high standard; to excel one’s self; to compete and
surpass others; to increase self-regard” mengandung
makna motivasi berprestasi adalah daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi
belajar yang setinggi mungkin demi penghargaan kepada dirinya.
McClelland,
Atkinson, Clark, and Lowell (1953: 110) melakukan studi lebih lanjut tentang
motivasi berprestasi dan mengemukakan teori tentang motivasi berprestasi “the defined achievement motivation, or the need for achevement as a
desire for success in competition with some standard of excellence”. Dari hasil studi ini dikembangkan lebih lanjut oleh
McClelland (1987) yang kemudian menghasilkan teori tentang kebutuhan (need of). McClelland (1987: 23) mendefinisikan
motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul
akibat pengaruh eksternal. Selanjutnya kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga,
yaitu: (1) kebutuhan berkuasa (Need for
Power) yang disebut n Pow, (2)
kebutuhan berprestasi (Need for
achievement) yang disebut n Ach,
dan (3) kebutuhan berteman (Need for
affiliation) yang disebut n Aff. Hal
tersebut berarti bahwa motivasi berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan.
Murray
(dalam Chaplin: 1999:38) mengemukakan bahwa
motivasi merupakan pendorong untuk mengatasi rintangan-rintangan atau berusaha
melaksanakan sebaik dan secepat mungkin pekerjaan-pekerjaan yang sulit.
Motivasi sebagai pendorong organisme untuk membangkitkan, mengelola,
mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Walgito
(2002: 24)
menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat untuk mencapai tujuan
tertentu.
Motivasi
berprestasi didefinisikan sebagai hasrat atau tendensi untuk mengerjakan
sesuatu yang sulit dengan secepat dan sebaik mungkin (Purwanto, 2007: 20-21). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan penggerak siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan meskipun dirasa sulit untuk mencapai
prestasi yang telah ditetapkan.
Dari beberapa konsep yang dikemukakan oleh para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang kuat dari dalam diri
sesorang untuk berbuat dan bertindak untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
dengan berusaha sekuat tenaga untuk mengatasi apapun bentuk rintangan yang
dihadapi. Motivasi merupakan keadaan internal
organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah
laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan
datang dari luar individu tersebut. Setiap orang melakukan sesuatu karena
dorongan motivasi.
Motivasi
berprestasi siswa dalam pembelajaran akan memudahkan proses pembelajaran yang
dilakukan dalam kelas, karena dengan motivasi maka siswa akan terdorong untuk
selalu bersemangat dalam belajar. Hal tersebut sesuai pendapat Nicholls dalam Alderman
(2004: 11) “optimum motivation as one
that provides the greatest degree of intellectual development”, artinya motivasi yang
tinggi merupakan salah satu aspek terhadap perkembangan intelektual seseorang. Dengan motivasi yang tinggi akan mendorong seseorang
untuk melakukan segala usaha yang maksimal untuk memperoleh pengetahuan.
McClelland yang merupakan
pioneer dalam studi motivasi berprestasi dan mengembangkan metode pengukurannya
memberi batasan motivasi berprestasi sebagai usaha untuk mencapai sukses dan
bertujuan untuk berhasil dalam kompetensi dengan suatu ukuran keunggulan.
Ukuran keunggulan itu dapat berupa prestasinya sendiri sebelumnya atau prestasi
orang lain. Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi adalah mereka yang task oriented dan siap menerima
tugas-tugas yang menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan
beberapa cara yaitu membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan
standar tertentu.
John Moris (1966: 328) mengungkapkan “individuals high in achievement-related
motivation chose as if they were avoiding an intermediate degree of risk”. Individu yang memiliki motivasi tinggi akan memilih
pekerjaan yang memiliki tingkat resiko yang rendah. Hal ini disebabkan karena
individu memiliki motivasi hanya untuk berhasil dan menghindari kegagalan.
Menurut Sugiyanto (2013: 1) motivasi
berprestasi merupakan daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi belajar yang
setinggi mungkin demi pengharapam kepada dirinya. Semakin tinggi motivasi
berprestasi siswa semakin baik pula siswa memperoleh prestasi belajarnya. Oleh
karena itu siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan
usaha yang keras sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dalam
memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu.
Mussen
el al. (1994: 307)
yang menyebutkan bahwa
motivasi berprestasi seringkali dimanifestasikan
dalam perilaku motivasi berprestasi, seperti tekun dalam tugas yang sulit, bekerja giat untuk
mencapai penguasaan, dan memilih tugas yang menantang tetapi tidak terlalu sulit. Ciri-ciri siswa yang
memiliki motivasi prestasi tinggi akan berusaha mencoba setiap tugas yang
diberikan meskipun sulit untuk dikerjakan. Sebaliknya yang bermotivasi prestasi
rendah akan enggan melakukan tugas yang diberikan apabila ia tahu bahwa dirinya
tidak mampu melakukannya, tanpa ada usaha.
Dari beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dalam
belajar akan cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, mempunyai
tanggung jawab, selalu berusaha mencapai hasil yang baik, aktif dalam kehidupan
sosial, memilih teman yang ahli daripada sekedar sahabat, serta tahan terhadap
tekanan-tekanan. Individu yang seperti ini memiliki karakteristik tingkah laku
dan dinamika yang menonjol, selalu bekerja dengan memperhitungkan resiko, tidak
suka mengerjakan tugas-tugas yang terlalu mudah/rutin karena hal itu tidak akan
memberikan kepuasan. Selain itu juga tidak suka mengerjakan tugas yang terlalu
sukar, kemungkinan untuk berhasil kecil. Individu yang dimaksud memiliki inovasi
dan tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan yang diberikan.
Oleh karena itu individu akan
cenderung menetapkan tujuan yang sebanding dengan kemampuannya sendiri. Lebih
menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi, mempunyai dorongan yang
kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat
digunakan sebagai umpan balik agar dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
dilakukannya dan mendorong untuk berbuat lebih baik.
Sejumlah penelitian menjelaskan mengenai pengaruh
motivasi berprestasi dalam keberhasilan prestasi belajar siswa. Gota (2002: 5) mengungkapkan bahwa “furthermore, regardless
of students sex, achievement motivation had a significant and positive direct
effect on academic achievement”.
Selain jenis kelamin siswa, motivasi berprestasi memiliki pengaruh langsung dan
signifikan terhadap prestasi akademik siswa.
Semakin tinggi motivasi berprestasi siswa
semakin baik pula siswa memperoleh prestasi belajarnya. Semakin rendah motivasi
berprestasi siswa semakin rendah pula prestasi belajarnya. Dengan demikian diduga ada
pengaruh yang positif antara motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar