Senin, 10 November 2014

Prestasi Belajar Praktik Kejuruan Siswa SMK

Prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Pengertian  prestasi  menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  adalah hasil  yang  telah  dicapai  dari  apa  yang  telah  dilakukan  atau dikerjakan.  Sedangkan  pengertian  belajar  menurut Nasution (2008: 23) adalah  perubahan-perubahan  dalam  sistem  urat  syaraf,  penambahan  ilmu pengetahuan, belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Menurut Slameto (2010: 2)  belajar  adalah  “suatu  proses  usaha  yang dilakukan  seseorang  untuk  memperoleh  suatu  perubahan  tingkah  laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi  dengan  lingkungannya”.  Selanjutnya Winkel (2009: 24) mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung  dalam  interaksi  yang  aktif  dengan  lingkungan,  yang menghasilkan  perubahan-perubahan  dalam  pengetahuan,  pemahaman, keterampilan  dan  nilai  sikap. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu proses aktivitas interaksi aktif dengan lingkungan untuk menimbulkan perubahan-perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan keterampilan yang berasal dari pengalaman nyata dan latihan-latihan yang rutin.
Sumadi Suryabrata  (2002:  23)  menyatakan  bahwa  prestasi belajar  adalah hasil  yang dicapai dari hasil latihan, pengalaman  yang didukung  oleh  kesadaran.  Jadi  prestasi  belajar  merupakan  hasil  dari perubahan dalam proses belajar. Menurut Nasution  (2008:  47)  menyatakan  bahwa  prestasi belajar  adalah  kesempurnaan  yang  dicapai  seseorang  dalam  berfikir, merasa  dan  berbuat.  Prestasi  belajar  dikatakan  sempurna  apabila memenuhi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan kurang memuaskan apabila belum mampu memenuhi target ketiga kategori tersebut.
 Winkel (2009: 57) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan belajar dalam bidang kognitif, bidang sensorik-motorik, bidang dinamik-afektif, dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Hawkins (2007: 28) “achievement is understood in terms of standards, and these are defined as academic outcmes, which are judged against absolute or comparative criteria and across a narrow range of curriculum subject atau diartikan sebagai suatu standar, serta didefinisikan sebagai hasil akademik, yang diputuskan menurut kriteria mutlak atau kriteria pembanding dan di dalam kurikulum mata pelajaran yang spesifik .
Berdasarkan  pengertian  di  atas  dapat  ditarik  kesimpulan, prestasi  belajar  merupakan  tingkat  keberhasilan  dalam  proses pembelajaran setelah melalui tahap tes yang dinyatakan dalam bentuk nilai berupa angka. Prestasi belajar merupakan kesempurnaan dari hasil belajar karena mencakup seluruh aspek ranah belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar di SMK yaitu merupakan kesempurnaan dari hasil belajar pada seluruh kelompok mata diklat, yang ditunjukkan oleh nilai akademis, perubahan perilaku dalam interaksi sosial, serta prestasi kerja (job performance) dan kepuasan kerja (job satisfaction) yang berimplikasi pada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus dan atau berwirausaha serta mengembangkan karir.
Selain itu, prestasi belajar siswa juga ditunjukkan oleh prestasi non akademis yaitu dari kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dilakukan. Prestasi belajar dapat diperoleh dari kegiatan perlombaan baik di bidang keilmuan yang terkait dengan kompetensi yang diperoleh di sekolah, bidang seni, maupun olahraga. SMK memiliki agenda rutin tiap tahun yaitu Lomba Keterampilan Siswa (LKS) tingkat Nasional yang bertujuan untuk memberikan apresiasi terhadap prestasi keahlian siswa. Khusus pada program studi keahlian teknik komputer dan informatika sering diadakan olimpiade komputer untuk mengukur kompetensi siswa. Selanjutnya lomba-lomba bidang seni dan olahraga juga diadakan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa. Pretasi-prestasi dalam bidang lomba seperti disebutkan di atas juga berimplikasi pada kesempatan siswa untuk mendapatkan pekerjaan dan berkarir. Salah satu contohnya apabila siswa mampu mendapatkan peringkat terbaik dalam bidang LKS maka siswa tersebut akan mendapatkan kontrak kerja langsung dengan industri berskala nasional bahkan internasional. Selanjutnya prestasi siswa dalam bidang olahraga dan seni juga mampu membawa siswa untuk mendapatkan kesempatan kerja.
Prestasi belajar praktik kejuruan siswa SMK merupakan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran praktik kejuruan melalui tahap tes melalui proses ujian kompetensi kejuruan nasional praktik kejuruan, di mana nilai siswa ditunjukkan dalam nilai dan sertifikat uji kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga asosiasi profesi atau DU/DI yang relevan dengan program studi keahlian. Syarat kelulusan dalam ujian kompetensi keahlian praktik kejuruan adalah minimal 70. Nilai UKK praktik kejuruan akan menjadi salah satu penentu kelulusan siswa SMK dan sertifikat uji kompetensi siswa akan digunakan sebagai bekal siswa setelah tamat nanti untuk dapat bekerja atau berwirausaha.
Prestasi belajar diperoleh dari proses pembelajaran yang berkualitas. Pendidikan kejuruan akan efektif jika siswa dilatih untuk bekerja dengan mengerjakan pekerjaan yang nyata, menggunakan alat, mesin dan lingkungan kerja yang sama dengan di dunia kerja, serta dibimbing oleh guru yang memiliki pengalaman kerja pada dunia kerja yang relevan. Situasi belajar di SMK/MAK harus dibuat sama dengan lingkungan kerja di dunia kerja agar siswa terbiasa bekerja dan bersikap secara professional. Jika proses pembelajaran di SMK/MAK dikelola dengan baik maka akan diperoleh prestasi belajar yang baik pula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2008: 132-139) antara lain :
1)        Faktor Internal
Faktor  internal  merupakan  faktor  atau  penyebab  yang  berasal dari  dalam  diri  setiap  individu  tersebut,  seperti  aspek  pisiologis  dan aspek psikologis.
a)    Aspek Pisiologis
Aspek pisiologis ini meliputi kondisi umum jasmani dan  tonus (tegangan  otot)  yang  menunjukkan  kebugaran  organ-organ  tubuh dapat  mempengaruhi  semangat  dan  intensitas  siswa  dalam  mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah akan berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi yang dari makanan dan minuman agar kondisi tetap terjaga. Selain itu juga perlu memperhatikan waktu istirahat yang teratur dan cukup tetapi harus  disertai  olahraga  ringan  secara  berkesinambungan.  Hal  ini penting karena perubahan pola hidup akan menimbulkan reaksi  tonus yang negatif dan merugikan semangat mental.
 b)   Aspek Psikologis
Banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi  kuantitas  dan  kualitas  pembelajaran,  berikut  faktor-faktor dari aspek psikologis seperti intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Tingkat  intelegensi  atau  kecerdasan  (IQ)  tak  dapat  diragukan lagi  sangat  menentukan  tingkat  keberhasilan  belajar.  Semakin  tinggi kemampuan  inteligensi  siswa  maka  semakin  besar  peluang  meraih sukses, akan tetapi sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang meraih sukses. Sikap merupakan gejala internal yang cenderung merespon atau mereaksi  dengan  cara  yang  relatif  tetap  terhadap  orang,  barang  dan sebagainya, baik secara positif ataupun secara negatif. Sikap (attitude) siswa  yang merespon dengan positif merupakan  awal  yang  baik bagi proses  pembelajaran  yang  akan  berlangsung sedangkan  sikap negatif terhadap  guru  ataupun  pelajaran  apalagi  disertai  dengan  sikap  benci maka  akan  berdampak  pada  pencapaian  hasil  belajar  atau  prestasi belajar yang kurang maksimal.
Setiap  individu  mempunyai  bakat  dan  setiap  individu  yang memiliki  bakat  akan  berpotensi  untuk  mencapai  prestasi  sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat  adalah  kemampuan  tertentu  yang  telah  dimiliki  seseorang  sebagai kecakapan  pembawaan.  Dalam  proses  belajar  terutama  belajar keterampilan,  bakat  memegang  peranan  penting  dalam  mencapai  suatu hasil akan prestasi yang baik. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu.
Minat (interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagai contoh  siswa  yang mempunyai minat dalam bidang multimedia akan lebih fokus dan intensif ke dalam bidang tersebut sehingga memungkinkan  mencapai hasil yang memuaskan.
Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut. Motivasi  dalam  belajar  adalah  faktor  yang  penting  karena  hal  tersebut merupakan  keadaan  yang  mendorong  siswa  untuk  melakukan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan  yang ada untuk  mengarahkan perhatian  siswa kepada sasaran  tertentu.  Dengan adanya  dorongan  ini  dalam  diri  siswa  akan timbul  inisiatif  dengan  alasan  mengapa  ia  menekuni  pelajaran.  Untuk membangkitkan  motivasi  kepada  mereka,  supaya  dapat  melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
Prestasi belajar praktik kejuruan siswa terkait dengan prestasi kerja (job performance) dan kepuasan kerja (job satisfaction) yang dipengaruhi oleh kepribadian (personality). McCrae dalam Ramdhani (2006: 15) mengemukakan tentang Five Factors Model (FFM) yang terkait dengan kepribadian (personality) atau sering juga disebut sebagai big-five personality. Lima faktor tersebut adalah: extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, dan openness to experinece. Selanjutnya Walsh (2005: 304) mengemukakan bahwa “ emotional stability, conscientiousness and extraversion to be important variables related to job performance and job satisfaction. Agreeableness is relatively weakly correlated with job satisfaction anad openness of experience appears to be uncorrelated with job satisfaction”. Kestabilan emosi, ketelitian dan kepribadian extaovert menjadi variabel penting yang berkaitan dengan prestasi dan kepuasan kerja. Sedangkan keramahan relatif lemah berkorelasi dengan kepuasan kerja dan keterbukaan pengalaman tampaknya tidak berkorelasi dengan kepuasan kerja.
Extraversion atau kepribadian extravert yaitu kepribadian yang menggambarkan individu periang atau penggembira, mudah bergaul. Menurut Ramdhani (2006: 15) Extraversion sangat erat hubungannya dengan interaksi sosial dan sosiability. Pada saat berhubungan dengan orang lain akan mudah membangun hubungan sosial, suka mengambil kesempatan untuk berjumpa dengan orang lain, easy going, dan optimis. Sehingga dapat dipahami bahwa orang dengan kepribadian seperti ini dapat dengan mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, peka terhadap sesuatu hal yang baru, dan dapat bekerja tanpa beban (stress) yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan yang baik.
Eysenck dalam Ramdhani (2006: 18) mengemukakan bahwa kestabilan emosi seseorang ditunjukkan dengan sifat yang tenang, kalem, tidak tempramental, dan tidak mudah cemas. Sehingga dapat dipahami bahwa orang dengan kepribaian seperti ini akan lebih berhasil dalam pekerjaan, mampu mengatasi segala bentuk kesukaran dalam kerja, bahkan dapat menyelesaikan konflik.
Karakteristik dari kepribadian Conscientiousness atau ketelitian digunakan untuk mengidentifikasi derajat individu dari organisasi, ketekunan dan motivasi di dalam perilaku tujuan langsung, dapat dipercaya, orang yang tidak mudah puas dengan sesuatu yang tidak rapi. Conscientiousness  yang tinggi ditunjukkan oleh individu yang berperilaku terorganisasi (teratur), dapat diandalkan, pekerja keras, memiliki disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi ,tekun dan berambisi. Dapat dipahami bahwa orang dengan kepribadian seperti ini akan memiliki prestasi kerja yang baik.
2)        Faktor Eksternal
Faktor eksternal terbagi menjadi 2 macam yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah serta masyarakat. Lingkungan sosial yang paling banyak berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan orang tua dan keluarga. Siswa sebagai anak tentu saja akan banyak  meniru  dari  lingkungan  terdekatnya  seperti  sifat  orang  tua, praktik  pengelolaan  keluarga,  ketegangan  keluarga  dan  demografi keluarga.  Semuanya  dapat  memberi  dampak baik  ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai siswa.
Lingkungan  sosial  sekolah  meliputi  para  guru  yang  harus menunjukkan sikap dan perilaku  yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf-staf administrasi di lingkungan sekolah, dan teman-teman  di  sekolah  dapat  mempengaruhi  semangat  belajar siswa. Lingkungan  masyarakat  juga  sangat  mempengaruhi  karena siswa  juga  berada  dalam  suatu  kelompok  masyarakat  dan  teman-teman  sepermainan  serta  kegiatan-kegiatan  dalam  kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Selain  faktor  sosial  seperti  dijelaskan  di  atas,  ada  juga  faktor non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung  sekolah  dan  bentuknya,  rumah  tempat  tinggal,  alat  belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.
Faktor-faktor eksternal yang menjadi penentu pencapaian prestasi belajar siswa SMK/MAK antara lain: guru, kurikulum, sarana prasarana, manajemen sekolah, lingkungan belajar, dukungan DU/DI, dukungan orang tua, dukungan masyarakat, dukungan pemerintah, dan beberapa faktor lainnya. Yang membedakan SMK/MAK dengan pendidikan umum adalah harus adanya dukungan yang baik dari DU/DI disebabkan karena SMK/MAK mencetak lulusan yang siap bekerja.
Peranan guru semakin penting di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana yang dialami oleh negara-negara berkembang. Guru memberi kontribusi sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan Sarana fisik 26%. Studi di 13 negara industri menunjukkan bahwa kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23 %, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19% (Dedi Supriadi, 1999 :178).
Kurikulum SMK harus dikembangkan berdasarkan karakteristik dan tujuan dari SMK yaitu menyiapkan siswa untuk melanjutkan studi, bekerja dan atau berwirausaha. Sehingga dapat dipahami bahwa kurikulum SMK harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Perencanaan dan pengembangan kurikulum harus melibatkan DU/DI, pemerintah, masyarakat, dan dewan guru sehingga kurikulum yang dihasilkan benar-benar sesuai kebutuhan bersama. Kualifikasi lulusan yang kompeten dapat terbentuk apabila sarana dan prasarana dapat tersedia dengan baik. Ketersediaan ini harus sesuai dengan standar yang sudah diberikan oleh Pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar